Pada akhir 2011 hingga awal 2012, divisi database Indonesian Street Art Database (ISAD) menelusuri kota-kota di Indonesia dalam rangka penelitian untuk memperluas jaringan street art tanah air. Kota-kota yang di kunjungi meliputi Banda Aceh, Bandung, beberapa kota di Bali, Balikpapan, Cilacap, Kendal, Magelang, Medan, Pekan baru, Purwokerto, Semarang, Solo, Tangerang, Wonosobo dan Yogyakarta. Selain bertemu dengan pelaku street art, program ini juga bertujuan untuk memantau perkembangan kegiatan pendokumentasian peristiwa street art, graffiti, dan seni visual jalanan lain seperti stencil, stiker, poster, mural, dan wheatpaste dalam medium foto, video, audio, dan teks.
Proses kerja penelitian yang di lakukan oleh ISAD di setiap kota berbeda-beda. Ada yang menghadiri undangan menggambar bersama, bombing, pemutaran film dan diskusi, presentasi database ISAD, sampai ngobrol tentang perkembangan ruang publik di setiap kota yang disinggahi. Strategi penilitian yang cair seperti ini merupakan elemen relasi kerja inisiatif berjejaring yang penting antara satu dengan lainnya. Hubungan lintas kota ini tidak berhenti sampai momen tertentu saja, namun berlanjut pada usaha membangun kesadaran-menginspirasi individu ataupun kelompok untuk berpartisipasi membangun pusat data dan mendorong inisiatif pengarsipan dan pendokumentasian peristiwa street art yang berkembang di setiap kota. Fenomena ini ditunjang oleh komunikasi yang terjalin melalui media sosial, khususnya facebook dan twiter.
ISAD yang beralamat di Komplek Pasar Minggu Indah, Jalan Bambu Ampel III No. D 15A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menjadi pusat jejaring street art yang terkoneksi di beberapa kota besar di Indonesia. Sehari-harinya, ISAD juga menjadi basecamp atau tempat berkumpul. Selain itu, ada program rutin yang di adakan hampir setiap bulannya, seperti forum diskusi dengan mengundang para pelaku, penikmat, dan pemerhati street art. Forum ini mengkaji sekaligus mengamati street art yang semakin berkembang setiap harinya.
Street Art telah melewati batas teritori kota dengan menjangkau pelosok desa, seiring meningkatnya penyebaran referensi visual lewat internet, nuku-buku terbitan luar dan dalam negeri, maupun berkat diskusi yang terjalin saat ada kesempatan bombing bersama atau interaksi lainnya.
Street art yang telah terdata secara digital oleh ISAD mencakup dokumentasi foto, video, audio dan artikel. Sumbernya beragam, ada yang dikirim oleh masing-masing individu dari beberapa kota, ada pula hasil mengumpulkan lewat media sosial. Tidak sedikit pula dokumentasi yang berhasil di kumpulkan lewt observasi langsung. Semua atas dukungan dan partisipasi penuh banyak individu maupun kelompok street art di setiap daerah.
Frekwensi penyebaran dokumentasi kegiatan street art tersebut cukup tinggi. Ini bisa menjadi salah satu bukti keberhasilan kerja berjejaring yang sungguh masif. Hal ini turut mendorong munculnya kesadaran membuat ruang alternatif yang bisa digunakan untuk pameran atau menjual berbagai peralatan pendukung berkesenian, seperti caps, canspray-tools, artbook, film, buku dan merchandaise lain. Kegiatan street art juga mulai banyak di ulas oleh media massa, hingga menjadi objek kajian sosial dan budaya anak muda.
Seiring dengan berjalannya kerja pengarsipan yang dilakukan ISAD bersama jejaring yang telah dirintis selama tiga tahun ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi para pegiat dan penikmat street art untuk ikut mendokumentasikan berbagai kegiatan seni visual jalanan yang terjadi di kota masing-masing.
Dokeumntasi bisa menjadi titik awal untuk melacak kembali rekam jejak perjalanan dan perkembangan street art di suatu daerah. Meskipun pada praktiknya proses pendokumentasian ini kerap terhalang kendala teknis, kerja kolektif ini terus berlangsung berbekal semangat dan kesadaran untuk berkembang bersama.
Ke depannya, semoga ISAD dapat terus menjaga proses kerja yang selama ini sudah terjalin bersama jejaring individu dan komunitas dalam mendokumentasikan dan mengarsipkan peristiwa-peristiwa street art di seluruh Indonesia.
Salam
Isrol A.K.A Media Legal